BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler
(PKV) terutama Penyakit Jantung koroner merupakan penyakit revalen dan menjadi
pembunuh utama dinegara-negara industri. Di Indonesia PKV pada survei Kesehatan
Rumah Tangga Nasional (SKRT) 1972 menunjukkan PKV menduduki urutan ke-l1, 1986
menduduki muffin ke-3, dan SKRT 1992 merupakan Penyebab kematian pertama untuk
usia di atas 40 tahun Etiologi aterosklerosis adalah multifaktorial tetapi ada
berbagai keadaan yang erat kaitannya dengan aterosklerosis yaitu faktor
genetik/riwayat keluarga dan penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
pembuluh darah perifer, usia, kelamin pria, kebiasaan merokok, dislipidemia,
hipertensi, obesitas, diabetes melitus, kurang aktifitas fisik dan manopause.
Salah satu faktor resiko
aterosklerosis utama adalah Dislipidemia. Di Indonesia prevalensi dislipidemia
semakin meningkat. Penelitian MONICA di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar
rata-rata kolesterol total pada wanita adalah 206.6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl,
tahun 1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria.
Dibeberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985): 195 mg/dl,
Ujung Pandang (1990): 219 mg/dl dan Malang (1994): 206 mg/dl. Apabila dipakai
batas kadar kolesterol > 250 mg/dl sebagai batasan hiperkolesterolemia maka
pada MONICA I terdapatlah hiperkolesterolemia 13.4 % untuk wanita dan 11,4 %
untuk pria. Pada MONICA II hiperkolesterolemia terdapat pada 16,2 % untuk
wanita dan 14 % pria. Telah banyak bukti-bukti
yang diperoleh dari penelitian eksperimental, epidemiologis dan klinis tentang
peran dislipidemia pada penyakit kardiovaskuler aterosklerosis yang intinya
adalah Dislipidemia merupakan faktor
resiko yang utama.
Meskipun informasi mengenai dislipidemia
sudah meluas namun masih banyak perbedaan pendapat dan tindakan, al:
nilai-nilai sasaran, parameter pemeriksaan, metode pemeriksaan dan
langkah-langkah pengobatan. Mengingat bahwa data epidemiologis dan klinis yang
memadai untuk Indonesia belum ada, perlu disusun suatu pedoman mengenai
deteksi, pencegahan dan penatalaksaan dislipidemia, terutama dalam kaitannya
dengan penyakit kardiovaskuler.
Pedoman ini diharap akan memberi
kesamaan pandangan, dan dapat dijadikan pegangan dalam penanggulangan masalah
dislipidemia dimasyarakat sehingga bermanfaat untuk pencegahan, penanggulangan
penderita dan untuk penelitian penyakit jantung koroner.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
II.1.
PENGERTIAN
Penyakit jantung koroner ( PJK )
merupakan problema kesehatan utama di negara maju. Di Indonesia telah terjadi
pergeseran kejadian Penyakit Jantung dan pembuluh darah dari urutan ke-l0 tahun
1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986. Sedangkan penyebab kematian tetap
menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Penyakit
Jantung Koroner sehingga usaha pencegahan harus bentuk multifaktorial juga. Pencegahan
harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian faktor faktor resiko
PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam usaha pencegahan PJK, baik primer
maupun sekunder.
Pencegahan primer lebih ditujukan pada
mereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan
upaya memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita. Berbagai
Penelitian telah dilakukan selama 50 tahun lebih dimana didapatlah variasi
insidens PJK yang berbeda pada geografis dan keadaan sosial tertentu yang makin
meningkat sejak tahun 1930 dan mulai tahun 1960 merupakan Penyebab Kematian
utama di negara Industri. Mengapa didapatkan variasi insidens yang berbeda saat
itu belum diketahui dengan pasti, akan tetapi didapatkan jelas terjadi pada
keadaan keadaan tertentu.
Penelitian epidemiologis akhirnya
mendapatkan hubungan yang jelas antara kematian dengan pengaruh keadaan sosial,
kebiasaan merokok, pola diet, exercise, dsb yang dapat dibuktikan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya PJK antara lain: umur, kelamin ras,
geografis, keadaan sosial, perubahan masa, kolesterol, hipertensi, merokok,
diabetes, obesitas, exercise, diet, perilaku dan kebiasaan lainnya, stress
serta keturunan.
2. Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan
metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi
lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta
penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai
peran yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak
mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus dikenal sebagai
Triad Lipid.
II.2 PATOGENESIS
ATEROSKLEROSIS DAN HIPOTESIS LEMAK
Aterosklerosis adalah suatu
bentuk ateriosklerosis yang terutama mengenai lapisan intima dan umumnya
terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan sedang serta merupakan kelainan
yang mendasari penyakit jantung iskemik.
Lesi aterosklerosis
diklasifikaiskan alas 3 tahap secara morfologik: bercak perlemakan, plak
fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak perlemakan sudah ada
gel-gel busa. Bercak perlemakan sudah bisa ditemukan pada usia 10 tahun dan
meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun. Flak fibrosa adalah bentuk lesi yang
khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang. Lesi terkomplikasi adalah plak
fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh peningkatan nekrosis sel,
perdarahan, deposit kalsium atau diquamasi permukaan endotel diatasnya dan
pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat mengakibatkan gangguan aliran di
lumen pembuluh darah.
Faktor yang bertanggung
jawab atas penumpukan lipid pada dinding pembuluh darah dan beberapa tiorial :
1. Adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel
2. Gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik)
3. Gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein
4. Perubahan permeabilitas endotel
Tahap awal yang penting pada
aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang ada dalam sirkulasi terjebak di
dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau perubahan lain dan kemudian
dipindahkan oleh reseptor "Scavenger" khusus pada makrofag dan gel
-gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas pembentukan
reseptor
reseptor ini, dan ester-ester kolesterol
kemudian berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel busa. Set gel busa
membentuk bercak perlemakan yang bisa menyebabkan disrubsi pada endotelium.
Akhirnya faktor pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi
aterosklerosis yang lanjut.
II.3FAKTOR
- FAKTOR RESIKO PEYAKIT JANTUNG KORONER.
A.
FAKTOR UTAMA
1.
Hipertensi
Merupakan salah satu faktor resiko utama
penyebab terjadinya PJK. Penelitian di berbagai tempat di Indonesia (1978)
prevalensi Hipertensi untuk Indonesia berkisar 6-15%, sedang di negara maju mis
: Amerika 15-20%. Lebih kurang 60% penderita Hipertensi tidak terdeteksi, 20%
dapat diketahui tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik.
Penyebab kematian akibat Hipertensi di Amerika adalah Kegagalan jantung
45%,Miokard Infark 35% cerebrovaskuler accident 15% dan gagal ginjal 5%.
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi
esensial biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik,
terutama terjadi pada kasus-kasus yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi
hipertropi dari tunika media diikuti dengan hialinisasi setempat dan penebalan
fibrosis dari tunika intima dan akhirnya akan terjadi penyempitan pembuluh
darah. Tempat yang paling berbahaya adalah bila mengenai miokardium, arteri dan
arterial sistemik, arteri koroner dan serebral serta pembuluh darah ginjal.
Komplikasi terhadap jantung Hipertensi yang paling sering adalah Kegagalan
Ventrikel Kiri, PJK seperti angina Pektoris dan Miokard Infark. Dari penelitian
50% penderita miokard infark menderita Hipertensi dan 75% kegagalan Ventrikel
kiri akibat Hipertensi. Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan
karena.
a.
Meningkatnya tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah merupakan
beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri
atau pembesaran ventrikel kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari
berat dan lamanya hipertensi.
b.
Mempercepat timbulnya arterosklerosis.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap
akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri
koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor
koroner) Hal ini menyebabkan angina pektoris, Insufisiensi koroner dan miokard
infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang norma
. Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Kejadian PJK pada hipertensi sering dan
secara langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah sistolik. Penelitian
Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-75 tahun mendapatkan
hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya angina pectoris dan
miokard infark. Juga pada penelitian tersebut didapatkan penderita hipertensi
yang mengalami miokard infark mortalitasnya 3x lebih besar dari pada penderita
yang normotensi dengan miokard infark. Hasil penelitian Framingham juga mendapatkan
hubungan antara PJK dan Tekanan darah diastolik. Kejadian miokard infark 2x
lebih besar pada kelompok tekanan darah diastolik 90-104 mmHg dibandingkan
Tekanan darah diastolik 85 mmHg, edangkan pada tekanan darah diastolik 105 mmHg
4x lebih besar. Penelitian stewart 1979 & 1982 juga memperkuat hubungan
antara kenaikan takanan darah diastolik dengan resiko mendapat miokard infark.
Apabila Hipertensi sistolik dari
Diastolik terjadi bersamaan maka akan menunjukkan resiko yang paling besar
dibandingkan penderita yang tekanan darahnya normal atau Hipertensi Sistolik
saja. Lichenster juga melaporkan bahwa kematian PJK lebih berkolerasi dengan
Tekanan darah sistolik diastolik dibandingkan Tekanan darah Diastolik saja.
Pemberian obat yang tepat pada Hipertensi dapat mencegah terjadinya miokard
infark dan kegagalan ventrikel kiri tetapi perlu juga diperhatikan efek samping
dari obatobatan dalam jangka panjang. oleh sebab itu pencegahan terhadap
hipertensi merupakan usaha yang jauh lebih baik untuk menurunkan resiko PJK.
Tekanan darah yang normal merupakan
penunjang kesehatan yang utama dalam kehidupan, kebiasaan merokok dan
alkoholisme. Diet serta pemasukan Na dan K yang seluruhnya adalah faktor-faktor
yang berkaitan dengan pola kehidupan seseorang. Kesegaran jasmani juga
berhubungan dengan Tekanan darah sistolik, seperti yang didapatkan pada
penelitian Fraser dkk. Orang-orang dengan kesegaran jasmani yang optimal
tekanan darahnya cenderung rendah. Penelitian di Amerika Serikat melaporkan
pada dekade terakhir ini telah terjadi penurunan angka kematian PJK sebayak
25%. Keadan ini mungkin akibat hasil dari deteksi dini dan pengobatan
hipertensi, pemakaian betablocker dan bedah koroner serta perubahan kebiasaan
merokok.
2.
Hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia merupakan masalah
yang cukup panting karena termasuk faktor resiko utama PJK di samping
Hipertensi dan merokok. Kadar Kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan
sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet). Faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi kadar kolesterol darah disamping diet adalah Keturunan, umur, dan
jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol, exercise. Beberapa parameter yang
dipakai untuk mengetahui adanya resiko PJK dan hubungannya dengan kadar
kolesterol darah:
3.
Merokok.
Pada saat ini merokok telah dimasukkan
sebagai salah satu faktor resiko utama PJK samping hipertensi dan
hiperkolesterolami. orang yang merokok > 20 batang perhari dapat empengaruhi
atau memperkuat efek dua faktor utama resiko lainnya. Penelitian Framingham
mendapatkan kematian mendadak akibat PJK pada lakilaki perokok 10X lebih besar
dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4.5X lebih dari pada bukan
perokok.
Efek rokok adalah Menyebabkan beban
miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya komsumsi 02
akibat inhalasi co atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan Tahikardi,
vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi -Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL
kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok yang
dihidap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok penurunan
kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki – laki perokok. Merokok
juga dapat meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan
hipertensi, sehingga orang yan gmerokok cenderung lebih mudah terjadi proses
aterosklerosis dari pada yang bukan perokok. Apabila berhenti merokok penurunan
resiko PJK akan berkurang 50 % pada akhir tahun pertama setelah berhenti
merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah berhenti merokok 10
tahun.
B.
FAKTOR RESIKO LAINNYA.
1.
Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara
umur dan kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada
laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar
kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada
laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum
menopause ( 45-0 tahun ) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang
sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih
tinggi dari pada laki-laki.
2.
Jenis kelamin.
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum
umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini
berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.
3.
Geografis.
Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap
merupakan salah satu yang paling rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko
PJK yang meningkat padta orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan
Califfornia . Hal ini menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya
dari pada genetik.
4.
Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras
didapatkan sangat menyolok, walaupun bercampur baur dengan faktor geografis,
sosial dan ekonomi . Di Amerika serikat perbedaan ras perbedaan antara ras
caucasia dengan non caucasia ( tidak termasuk Negro) didapatkan resiko PJK pada
non caucasia kira-kira separuhnya.
5.
Diet.
Didapatkan hubungan antara kolesterol
darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ).
Makanan orang Amerika rata-rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi
sehingga kadar kolesterol cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya
berupa nasi dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar
kolesterol rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika.
Beberapa peetunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :
• Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak jenuh
tinggi.
• Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak
jenuh.
• Makanan harus mengandung rendah kolesterol.
• Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan
Berserat
• Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan
diturunkan padta obesitas dan memperbanyak exercise.
6. Obesitas.
Obesitas adalah kelebihan
jumlah lemak tubuh > 19 % pada lakilaki dan > 21 % pada perempuan .
Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM, dan
hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL
kolesterol . Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20 % dari
BB ideal. penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat
menurunkan kolesterolnya dengan mengurangi berat badan melalui diet ataupun
menambah exercise.
7. Diabetes.
Intoleransi terhadap glukosa
sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah.
Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi
daripada orang normal, sedangkan pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.
8. Exercise.
Exercise dapat meningkatkan
kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolaterol koroner sehingga resiko PJK
dapat dikurangi. Exercise bermanfaat karena :
• Memperbaiki fungsi paru dan pemberian 02 ke miokard
• Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang
bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol.
• Membantu menurunkan tekanan darah
• Meningkatkan kesegaran jasmani.
9. Perilaku dan Kebiasaan lainnya.
Dua macam perilaku seseorang
telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu : Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya
berupaya kuat untuk berhasil, gemar berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat
dapat menyelesaikan pekerjaan dan tidak sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan
tidak terikat waktu . Resiko PJK pada tipe A lebih besar daripada tipe B.
10. Perubahan Keadaan Sosial Dan stress.
Perubahan angka kematian yang
menyolok terjadi di Inggris dan Wallas . Korban serangan jantung terutama
terjadi pada pusat kesibukan yang banyak mendapat stress.
Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI menunjukkan orang
yang stress 1 1/2 X lebih besar mendapatkan resiko PJK stress disamping dapat
menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.
11. Keturunan
Hipertensi dan
hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik.
12.
Perubahan Massa.
Setelah pengumpulan data yang akurat
selama puluhan tahun berbagai Negara didapatkan perubahan angka kematian yang
menarik. Alasan terjadinya penurunan di Amerika Serikat belum jelas, mungkin
disebabkan karena insiden kasus baru yang menurun dan menurunnya kasus-kasus
yang berat maupun hasil dari pengobatan yang lebih baik.
C. DETEKSI DINI DAN EVALUASI
Pemeriksaan penyaring untuk profil lipid dilakukan pada semua
orang dewasa berusia diatas 30 tahun atas anjuran petugas kesehatan atau atas
permintaan sendiri. Pemeriksaan selektif harus dilakukan pada mereka yang
beresiko tinggi untuk terjadinya PKV yaitu:
•
Bukti adanya PJK dan atau manifestasi aterosklerosis yang lain
•
Riwayat keluarga PJK prematur
•
Riwayat keluarga dengan dislipidemia
•
Bukti adanya faktor resiko PJK yang lain
-
DM ,Hipertensi ,Merokok
,Obesitas ( BMI > 27 kg/m)
• Atau atas
permintaan sendiri.
BAB
III
KESIMPULAN
Penyakit kardiovaskuler
(PKV) merupakan penyakit yang paling prevalen dan menjadi pembunuh utama
dibanding dengan penyakit lainnya dinegara-negara industri dan Indonesia. Aterosklerosis
merupakan masalah yang paling rumit, bersifat multifaktorial, sehingga
menanggapinya harus secara holistik. Endotel merupakan titik temu bagian darah
yang aktif mengubah dan bagian dinding yang akan diubah, untuk mengalami
remodelling. Secara teoritis banyak hal yang dapat dikerjakan namun belum semua
dapat praktis dilaksanakan, dan hanya beberapa saja yang mungkin al:
lipid-lowering drugs. Terbukti dari data epidemiologist bahwa menurunkan lipid
akan diikuti dengan penurunan angka kesakitan maupun angka kematian
kardiovaskuler.
Mengenal Faktor resiko PJK
sangat penting dalan usaha pencegahan PJK merupakan salah satu usaha yang cukup
besar peranannya dalam penanganan PJK untuk menurunkan resiko dan kematian
akibat PJK yaitu dengan cara mengendalikan faktor resiko PJK. Faktor resiko Utama
PJK adalah : Hipertensi, hiperkolesterolemi, dan merokok dimana merupakan
faktor yang dapat dikontrol dan bersifat reversibel. Faktor resiko lainnya
adalah : umur, ras, jenis kelamin, keturunan (bersifat Irreversibel),
geografis, diet, obesitag, diabetes, exercise, perilaku dan kebiasaan hidup
lainnya, stress, perubahan sosial dan perubahan masa (bersifat Reversibel)
Dengan mengatur, berhenti merokok dan perubahan hipertensi yang efektif, dapat
menurunkan resiko dan kematian akibat PJK.
DAFTAR PUSTAKA
Sukaman : Kelainan
Jantung Pada Penderita Hipertensi, Pendekatan Praktis dan Penatalaksanaan,
1986.
0 komentar:
Posting Komentar