AKUMULASI DAN TOKSIKOKINETIK MERKURI DALAM TUBUH
1. Absorbsi
Dari beberapa
data pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa metilmerkuri segera diserap
melalui saluran cerna. Aberg et. al. (1969) melaporkan bahwa dosis tunggal metilmerkuri nitrat pada manusia 95% dapat diserap. Absorbsi
yang efiesien dari metilmerkuri ini juga ditunjukan
dari penelitian lain yang menggunakan sukarelawan manusia yang menerima dosis
oral metilmerkuri terikat protein. Sampai 80% uap senyawa metilmerkuri seperti
uap metilmerkuri klorida dapat diserap melalui pernafasan. Penyerapan metilmerkuri dapat juga melalui kulit namun data
kuantitatifnya tidak tersedia.
Garam merkuri
klorida absorbsinya buruk pada saluran cerna, efek serius dari merkuri klorida adalah gastroenteritis. Logam merkuri bila tertelan tidak
diserap oleh saluran cerna, namun uapnya lebih
berbahaya karena menyebabkan kerusakan paru-paru dan otak.
2. Distribusi
Dari segi
toksisitas, konsentrasi dalam darah merupakan indikator yang sesuai dari dosis yang
diserap dan jumlah yang ada secara sistemik. Metilmerkuri terikat pada
hemoglobin, dan daya ikatnya yang tinggi pada hemoglobin janin berakibat pada tingginya kadar merkuri pada darah uri dibandingkan dengan darah ibunya.
Dari analisis, konsentrasi total merkuri termasuk
bentuk merkuri anorganik, merkuri pada darah tali uri hampir seluruhnya dalam
bentuk termetilasi yang mudah masuk ke plasenta Metilmerkuri sangat mudah melintas
batas sawar darah-otak maupun plasenta.
Hal ini lebih
disebabkan oleh sifat lifopilisitas yang tinggi dari metilmerkuri. Metilmerkuri sendiri mudah berdifusi melalui membran sel tanpa perlu sistem
transport tertentu. Kerena reaktifitasnya yang tinggi terhadap gugus sulfhidril
yang terdapat pada berbagai protein, maka jumlah metilmerkuri bebas dalam
cairan biologis menjadi sangat kecil. Suatu
transpor aktif pada sawar darah otak diperkirakan membawa metilmerkuri masuk ke dalam otak.
Dalam darah,
logam yang sangat neurotoksik ini terikat secara eksklusif pada protein dan
sulfhidril berbobot molekul rendah seperti sistein. Kompleks MeHg-sistein yang terbentuk beraksi sebagai
analog asam amino, mempunyai struktur mirip metionin, sehingga dapat diangkut oleh pembawa Sistem-L untuk asam
amino bebas untuk melintas melalui sawar darah otak. Asam amino yang penting pada rambut adalah sistein. Metilmerkuri yang bereaksi dan terikat dengan gugus sulfhidril pada sistein kemudian terserap
dalam rambut, ketika pembentukan rambut pada folikel.
Tetapi, membutuhkan waktu paling tidak sebulan
untuk dapat terdeteksi dalam sampel potongan rambut pada pengguntingan mendekati kulit kepala. Tergantung dari panjang rambut pada
sampel, konsentrasi merkuri dapat
merefleksikan pemaparan merkuri dimasa lalu.
Namun, karena waktu paruh merkuri dalam tubuh kira-kira 1,5 – 2 bulan, sampel
rambut dekat kulit kepala merefleksikan
pemaparan merkuri yang baru terjadi yang juga terkait pada konsentrasi dalam
darah pada saat ini. Kadar merkuri dalam darah dan
rambut merupakan biomarker pencemaran merkuri.
Hubungan kedua biomarker tersebut sangat individual pada setiap orang maupun
kelompok umur. Menurut US EPA (2001), dalam kondisi tetap terpapar oleh
merkuri, kadar dalam rambut (µ
g/g) rata-rata 250 kali kadar dalam darah (µ g/mL).
3. Metabolisme
Metilmerkuri
dapat dimetabolisme menjadi merkuri anorganik oleh hati dan ginjal.
Metilmerkuri dimetabolisme sebagai bentuk Hg++. Metilmerkuri yang ada dalam
saluran cerna akan dikonversi menjadi merkuri anorganik oleh flora usus.
4. Ekskresi
Metilmerkuri
dikeluarkan dari tubuh terutama melalui tinja sebagai merkuri
anorganik. Proses ini sebagai
hasil dari ekskresi empedu dari senyawa dan konversi
menjadi bentuk anorganik oleh
flora usus. Kebanyakan metilmerkuri yang diekskresi
empedu diserap kembali melalui
sirkulasi enterohepatik dalam bentuk organiknya.
Kurang dari 1% metilmerkuri dapat
dikeluarkan dari tubuh setiap harinya, hal ini karena waktu paruh biologisnya yang kira-kira 70
hari. Metilmerkuri juga dikeluarkan melalui ASI dengan kadar kira-kira 5% dari
kadar dalam darah. Pengeluaran merkuri anorganik melalui ekshalasi, ludah, dan
keringat yang berasal dari metabolisme merkuri organik
Toksisitas
Toksisitas
senyawa merkuri tergantung dari bentuknya. Senyawa merkuri organik lebih toksik dibanding senyawa anorganiknya, karena mudahnya
menembus sawar darah otak dan diabsorbsi sempurna pada saluran cerna. Berlin
(1983) mencatat bahwa tidak ada perbedaan antara
efek akut maupun kronik ketika terjadi akumulasi pada ambang toksik. Menurut
WHO (1976), awal dari efek toksik metilmerkuri terjadi ketika kadar dalam darah
antara 200 – 500 ng/mL. Kadar dalam darah ini berkaitan dengan beban tubuh
menanggung 30-50 mg merkuri per kg berat badan yang setara dengang asupan harian 3-7µ
g/kg.
Hal yang perlu
dicatat bahwa kemunculan gejala keracunan merkuri dapat tertunda beberapa
minggu atau bulan tergantung dari akumulasi
senyawa merkuri dalam tubuh. Menurut Berlin (1983), tingkat keparahan paparan
akan menentukan cetusan efek toksisitas subkronik dan toksisitas itu terjadi
bila terpapar pada tingkat yang lebih rendah dari pemaparan kronik. Pada tingkatan subkronik ini tanda dan gejala yang
terlihat adalah gangguan indera, penyempitan bidang penglihatan, ketulian dan
gangguan motorik.
Toksisitas
kronik yang pernah terjadi adalah kasus keracunan di Irak, Minamata dan Niigata Jepang. Kasus toksisitas kronik di Jepang pertama kali
dilaporkan pada Mei 1956 di daerah sekitar Teluk Minamata. Hingga akhir tahun
1956 pasien bertambah menjadi 52 orang termasuk 17 orang tewas. Di tahun 1957,
penyakit yang tidak diketahui ini disebut
penyakit Minamata. Di Irak, di awal 1970, lebih dari 6000 orang dirawat di
rumah sakit dan 459 tewas karena mengkonsumsi roti yang dibuat dari tepung yang
tercemar metilmerkuri yang berasal dari fungisida. Kadar merkuri dalam tepung
saat itu berkisar 4,8-14,6µ
g/g.
Meskipun tak ada
bukti teratogenik yang teramati, Amin-Zaki (1974) menemukan efek yang parah
pada perkembangan (gangguan motorik, fungsi mental, kehilangan pendengaran dan kebutaan) pada bayi yang dilahirkan dari ibu
yang terpapar metilmerkuri pada kasus tepung di
Irak. Tidak ada informasi yang pada literatur untuk efek merkuri klorida pada
tikus jantan ataupun betina pada seluruh tahapan reproduksi. Namun sejumlah
peneliti melaporkan efek para reproduksi akibat dari metilmerkuri klorida Toksisitas metilmerkuri secara umum berakibat pada gangguan
non-karsinogenik seperti diuraikan di atas. Belum ada informasi gangguan yang
bersifat karsinogenik pada manusia. Namun
pada tikus percobaan dilaporkan terjadi tumor ginjal hanya pada hewan jantan, tidak pada betina, pada pemberian
metilmerkuri 15 ppm selama 53 minggu.
Target Organ
Metilmerkuri
menyerang susunan saraf pusat dengan target organ utama adalah otak. Data yang ada menunjukkan bahwa otak janin yang sedang berkembang
mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi dibanding orang dewasa. Perbedaan seks
sering ditemui pada studi toksisitas pada tikus dan mencit. Akumulasi merkuri pada ginjal hewan betina secara statistik lebih tinggi
dari jantan. Konsentrasi yang tinggi pada
betina diduga karena tingginya kadarm etalothonein pada ginjal betina. Gambar 2 mengilustrasikan adanya daerah lesi di beberapa zona pada sistem saraf yang menunjukkan gejala dari penyakit
Minamata.
·
Lesi pada cerebellum
berakibat pada hilang keseimbangan (ataxia) dan gangguan bicara (dysarthria). Gangguan penglihatan terjadi pada penyempitan bidang padang, kesulitan
penglihatan pada daerah tepi akibat dari
kerusakan di daearah occipital lobe
·
Gangguan sensasi
atau stereo anesthesia terjadi karena kerusakan pada postcentral gyrus.
·
Kelemahan otot,
kram atau gangguan pergerakan merupakan tanda dari kerusakan padap recentral gyrus .
·
Kesulitan
pendengaran disebabkan adanya gangguan pada daerah temporal
transverse gyrus.
·
Keluhan pada
kesulitan dan gangguan indera perasa baik rasa
nyeri, sentuhan
ataupun suhu akibat adanya gangguan pada saraf sensorik
Pengobatan
Akibat secara
neurologis dari penyakit Minamata adalah jelas sangat merugikan dan bersifat
permanen. Tujuan dari pengelolaan penyakit Minamata adalah mengurangi
penderitaan tubuh dari total merkuri yang masuk dan minimalisasi kerusakan
lebih jauh. Karena merkuri terikat pada gugus sulfhidril pada sel-sel tubuh,
penggunaan zat pengkhelat seharusnya diberikan pada tahap awal pengobatan. Zat
ini akan berkompetisi mengikat merkuri menggunakan gugus thiol. Saat ini, zat
yang terbaik untuk mengatasi penyakit Minamata adalah asam
2,3-dimerkaptosuksinat (DMSA). Zat ini memiliki toksisitas
rendah, pada percobaan dengan hewan memperlihatkan
hasil yang jauh lebih baik dibanding dimerkaprol (BAL) ataupun d-penisilamin
(DPCN). Bahkan dalam kasus keracunan merkuri anorganik, penggunaan DMSA lebih disukai dibanding DCPN.
AKUMULASI MERCURI
Bahaya yang
besar bagi manusia muncul bila yang masuk ke dalam tubuh adalah bentuk metil
merkuri. Senyawa yang larut dalam air dan lemak ini akan masuk ke dalam tubuh
lewat air dan ikan, susu, sayuran, buah-buahan yang terkontaminasi.
Senyawa
metil merkuri akan tertimbun dalam ginjal, otak janin, otot, dan hati. Namun,
sebagian besar metil merkuri akan berakumulasi di otak. Karena tingkat
penyerapannya tinggi ke dalam tubuh, maka senyawa beracun ini bisa menyebabkan
berbagai penyakit termasuk kanker hingga mengakibatkan kecacatan dan kematian.
Masuknya
merkuri dalam tubuh memang akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bila
melampaui ambang batas. Menurut pedoman Baku Mutu Lingkungan, kadar merkuri
pada makanan yang dikonsumsi langsung atau tanpa diolah dulu maksimum 0,001
ppm. Kadar merkuri yang aman dalam darah maksimal 0,04 ppm (part per millions).
Kadar merkuri 0,1-1 ppm dalam jaringan sudah dapat menyebabkan munculnya
gangguan fungsi tubuh. Pada para penambang rakyat ternyata kadar merkuri dalam
darah mencapai 0,16 ppm.
Gejala yang
dapat langsung terlihat adalah iritasi kulit bila terjadi kontak pada kulit dan
sesak napas bila terhirup gas merkuri. Ketika masuk lewat makanan, maka gejala
yang muncul adalah mual, pusing, dan muntah. Sampai di sistem saraf, berakibat
tidak bisa mengendalikan anggota badan dan tubuh. Karena rahang sulit
digerakkan, pasien mengalami gangguan bicara dan mengunyah. Gangguan terjadi
pada panca indera mulai dari telinga berdenging sampai tuli, pandangan kabur
hingga buta, tidak peka rasa suhu dan bau. Akumulasi merkuri pada dosis tinggi
ditunjukkan dengan munculnya rona biru pada gusi hingga gigi tanggal.
Gangguan
juga terjadi pada fungsi organ seperti ginjal dan kerusakan sistem
detoksifikasi hati. Bila senyawa itu mengendap di otak mengakibatkan gangguan
daya ingat, reaksi emosi histeria seperti lekas marah dan rasa malu berlebihan,
depresi dan susah tidur, tertawa dan ketakutan tanpa sebab. Pada stadium lanjut
pasien akan pingsan, gila, hingga menemui ajal.
Penyakit ini
juga akan menurun dari ibu yang terkontaminasi merkuri. Hingga melahirkan bayi
cacat, karena mengalami kerusakan DNA. Kecacatan bayi yang terjadi seperti
gangguan keseimbangan dan gerak motorik, serta rendah tingkat kecerdasannya.
Bahkan ada yang lahir tanpa anggota badan, atau bentuk kepala tidak beraturan.
Pencegahan
Menekan
pencemaran limbah merkuri di pertambangan emas sebenarnya dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Paling hulu dengan memilih teknik penggalian yang ramah
lingkungan, yaitu pertambangan tertutup. Dengan begitu memperkecil keluarnya
merkuri dari dalam tanah. Hal ini sebaliknya terjadi pada pertambangan terbuka.
Tahap
berikutnya adalah menggunakan teknologi pemrosesan batuan tambang yang tidak
menggunakan bahan merkuri, di antaranya dengan bahan sianida dan dengan cara
bioteknologi yang disebut proses pencucian dengan mikroba. Mikroorganisme yang
mengoksida batuan itu umumnya hidup pada bahan anorganik, di antaranya yang
banyak digunakan adalah Thiobacillus feroxidans. Beberapa tahun lalu peneliti
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil mengisolasi spesies
itu di pertambangan emas Cikotok.
Proses
biologi ini banyak dipilih untuk mengolah biji atau batuan yang mempunyai
kandungan sulfida yang tinggi dan karena biayanya lebih murah dibandingkan
dengan cara mekanis, serta tidak mencemari lingkungan. Negara yang
menggunakannya yaitu Afrika Selatan, Australia, Amerika Serikat, Kanada, dan
Cile. Ada kondisi lingkungan yang telah telanjur terpolusi merkuri, upaya yang
dilakukan adalah penyehatan kembali lingkungan. Caranya dengan memindahkan
sedimen yang mengandung merkurium tinggi kemudian diisolasi. Hal ini pernah
dilakukan Jepang terhadap kawasan Minamata.
Alternatif
remediasi secara biologis yang disebut fitoremediasi pun ditempuh. Pada cara
ini digunakan tumbuhan yang dapat menyerap metil merkuri. Dibandingkan dengan
yang lain, cara ini relatif murah dan memungkinkan sumber pencemar didaur
ulang. Sayangnya proses alami ini relatif lambat dalam mereduksi polutan.
Mengatasi
pencemaran merkuri dengan bakteri juga dimungkinkan karena diketahui ada
bakteri yang dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang mengandung merkuri
dalam jumlah tinggi. Bakteri itu adalah Pseudomonas fluorescens, Staphylococcus
aureus, dan Bacillus sp. Hal ini menginspirasi ahli biologi molekuler untuk
memadukan fungsi gen beberapa bakteri hingga menghasilkan strain unggul untuk
mengatasi pencemaran merkuri secara cepat dan efektif
Golongan anorganik dan aril
merkuri didistribusi pada banyak jaringan tubuh, terutama pada
otak dan ginjal. Merkuri terikat pada sulfhidril dan dapat mempengaruhi sejumlah sistem enzim sel. Produksi
metalotionein (protein berat molekul rendah kaya sulfhidril ) meningkat
setelah pajanan merkuri dan dapat mempengaruhi
efek perlindungan terhadap ginjal.
Alkil merkuri memiliki
ikatan kuat dengan karbon-merkuri dan akumulasi
pada sistem saraf pusat. Pada aliran darah , absorbsi terbesar alkil
merkuri ditemukan dalam sel darah merah. Merkuri anorganik dan organik, keduanya
dapat melewati sawar darah otak dan
plasenta , disekresi dalam air susu. Seluruh merkuri dieliminasi secara
perlahan dalam urin, air liur dan keringat.
Waktu paruh pada manusia yaitu 60 hari untuk merkuri anorganik dan 70
hari pada alkil merkuri. Merkuri juga berikatan dengan kelompok tiol dan dapat
diukur pada rambut dan kuku.
AKUMULASI MERCURY
Keracunan
kronis oleh merkuri dapat terjadi akibat kontak kulit, makanan, minuman, dan
pernafasan. Toksisitas kronis berupa gangguan sistem pencernaan dan sistem
syaraf. Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor,
parkinson,
gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia
ringan, dilanjutkan dengan gangguan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg
dengan gejala pertama adalah parestesia,
ataksia,
disartria,
ketulian, dan akhirnya kematian .
Wanita
hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin
sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa otak janin lebih rentan terhadap metil merkuri dibandingkan
dengan otak dewasa. Konsentrasi Hg 20 µgL dalam darah wanita hamil sudah dapat
mengakibatkan kerusakan pada otak janin.
Merkuri memiliki afinitas
yang tinggi terhadap fosfat,
sistin,
dan histidil
yang merupakan rantai samping dari protein, purin,
pirimidin,
pteridin,
dan porifirin.
Dalam konsentrasi rendah ion Hg+ sudah mampu menghambat kerja 50 enzim yang
menyebabkan metabolisme tubuh terganggu. Garam merkuri anorganik bisa
mengakibatkan presipitasi protein, merusak mukosa
saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun membran filter glomerulus.
Toksisitas kronis dari merkuri organik ini dapat menyebabkan kelainan
berkelanjutan berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok,
albuminuria, eksantema pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta menurunkan
tekanan darah. Keracunan metil merkuri pernah terjadi di Jepang, dikenal
sebagai Minamata yang mengakibatkan kematian pada 110 orang.
Buat
para cewe (atau cowo) yang suka pakai bedak, ini ada tips bagaimana cara
mengetahui adanya kandungan mercuri dalam bedak.
·
Taburkan/oleskan bedak
di telapak tangan dengan tebal, trus ambil emas (biasanya aku pake cincin,
terserah kalo mo pake emas batangan
kemudian gosok-gosokan emas tsb di telapak tangan yg sudah ditaburi
bedak tadi.
·
Nah, kalo telapak
tangan berubah menjadi warna hitam/abu-abu, itu berarti di bedak yg anda pakai
masih mengandung mercury. Semakin banyak kandungan mercury yg terkandung di
dalam bedak tersebut, semakin hitam hasil gosokannya (dengan emas tadi).
0 komentar:
Posting Komentar