STRATIFIKASI
SOSIAL
A. Konsep
Stratifikasi
Dalam
bab ini akan memusatkan perhatian pada suatu ciri yang menandai tiap masyarakat
yaitu adanya ketidaksamaan ( ineguality ) di antara status individu dan
kelompok yang terdapat di dalamnya pernyataan yang menyatakan persamaan manusia
dibidang hukum misalnya mengenal anggapan bahwa dihadapan hukum semua orang
adalah sama namun dalam kenyataan sehari-hari ketidaksamaan dikutip dari buku
masko tersebut misalnya melihat bahwa dalam semua masyarakat dijumpai ketidaksamaan
dibidang kekuasaan masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan kriteria lain misalnya
berdasarkan kekayaan dan penghasilan.
Raplh
linton ( 1968:358-363 ) mengatakan bahwa sejak lahir orang memperoleh status
tanpa memandang perbedaan antar individu dan kelompok tertentu seperti kasta
dan kelas. Berdasarkan status yang diperoleh ini, kita menjumpai adanya
berbagai macam stratifikasi.
Suatu
bentuk Perolehan ialah stratifikasi usia ( age stratification ). Dalam
sistem ini anggota masyarakat yang berusia lebih muda mempunyai hak dan
kewajiban yang berbeda dengan anggota masyarakat yang lebih tua, dalam hukum
adat masyarakat tertentu misalnya, anak sulung memperoleh prioritas dalam
pewarisan harta atau kekuasaan .
Stratifikasi
jenis kelamin ( sex stratisication ) perolehannya ialah sejak lahir
laki-laki dan perempuan memperoleh hak dan kewajiban yang berbeda dan perbedaan
tersebut sering mengarah ke suatu hierarki. Dalam banyak masyarakat, status
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Laki-laki sering memperoleh
pendidikan formal lebih tinggi daripada perempuan.
Ada
pula stratifikasi yang didasarkan atas hubungan kekerabatan perbedaan hak dan
kewajiban antara anak,ayah, ibu, paman, kakek, dan sebagainya sering mengarah
ke suatu hierarki.
Ada
pula sistem stratifikasi yang didasarkan atas keanggotaan dalam kelompok
tertentu seperti stratifikasi keagamaan ( riligius stratification ),
stratifikasi etnik ( etnik stratification ) atau stratifikasi ras ( racial
stratification ). Perbedaan hak dan kewajiban warga masyarakat berdasarkan
warna kulit atau kebudayaan kita jumpai antara lain di Israel, di mana orang
Palestina dan Arab tidak mempunyai hak yang sama dengan yahudi. Di Jepang
dijumpai perbedaan antara hak dan kewajiban orang Jepang asli dan orang
keturunan Korea.
Sistem
stratifikasi lain yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ialah
stratifikasi pekerjaan ( occupitaonal stratification ). Dibidang
pekerjaan modern kita mengenal berbagai klasifikasi yang mencerminkan
stratifikasi pekerjaan, seperti misalnya perbedaan antara meneger serta tenaga
eksekutif dan tenaga administrative ; antara asisten dosen, lektor, dan guru
besar, antara tamtama, bintara, perwira pertama, perwira menengah, perwira
tinggi.
Stratifikasi
ekonomi ( economic stratification ), yaitu perbedaan warga masyarakat
berdasarkan penguasaan dan pemilikan materi, merupakan kenyataan sehari-hari
dalam kaitan ini kita mengenal, antara lain, perbedaan warga masyarakat
berdasarkan penghasilan dan kekayaan mereka menjadi kelas atas, kelas menengah,
dan kelas bawah.
B. Sistem
Stratifikasi Tertutup dan Terbuka
apa
ciri yang membedakan sistem stratifikasi berdasarkan Perolehan dengan
stratifikasi berdasarkan raihan? J Milton yinger mencoba merumuskan empat
kriteria untuk membedakan sistem kelas, sistem kasta dan sistem mayoritas
sampai minoritas, meskipun ia menyadari bahwa kriteria yang dibuatnya tersebut
merupakan “ tipe ideal “. Kriteria yang diajukan yinger terdiri atas
keanggotaan berdasarkan kelahiran, endogami, dukungan institusi bagi perlakuan
berbeda dan penerimaan status oleh kelompok yang lebih rendah ( yinger, 1966: 40-56 ).
Berdasarkan
kriteria yinger ini suatu sistem kasta ditandai oleh keanggotaan melalui
kelahiran, endogami, kecenderungan dukungan institusi bagi perlakuan berbeda
dan kecenderungan penerimaan status oleh kelompok yang lebih rendah, artinya,
seseorang hanya dapat menjadi anggota suatu kasta melalui kelahiran, ia hanya
dapat menikah dengan orang dari kasta yang sama. Masyarakat cenderung merestui
perlakuan berbeda bagi orang yang kastanya berbeda, dan orang yang menjadi
anggota kasta lebih rendah akan cenderung menerima kedudukannya yang lebih
rendah sebagai hal yang wajar.
Dalam
sosiologi kita mengenal perbedaan antara stratifikasi tertutup dan stratifikasi
terbuka. Keterbukaan suatu sistem stratifikasi diukur dari mudah- tidaknya dan
sering-tidakya seseorang yang mempunyai status tertentu memperoleh status dalam
strata yang lebih tinggi ( yinger, 1966; 34 ).
C. Mobilitas
Sosial
Dalam
sosiologi mobilitas sosial berati perpindahan status dalam stratifikasi sosial.
Mobilitas vertikal mengacu pada mobilitas ke atas dan ke bawah dalam
stratifikasi sosial, yang dinamakan lateral mobilitas yang mengacu pada
perpindahan geografis antara lingkungan setempat, kota dan wilayah.
Sebagaimana
Nampak dari definisi ransford mobilitas sosial dapat mengacu pada individu
maupun kelompok. Contoh yang diberikan ransford mengenai mobilitas sosial
individu adalah perubahan status sosial seseorang dari seorang tukang menjadi
seorang dokter, mobilitas sosial suatu kelompok terjadi manakala suatu
minoritas etnik atau kaum perempuan mengalami mobilitas misalnya mengalami
peningkatan dalam penghasilan rata-rata bila dibandingkan dengan kelompok
mayoritas.
D. Jumllah
Lapisan Sosial Dalam Masyarakat
Dikalangan
para ahli sosiologi kita menjumpai keanekaragaman dalam penentuan jumlah
lapisan sosial. Ada yang merasa cukup dengan klasifikasi dalam dua lapisan.
Banyak ahli sosiologi membedakan antara kaum elit dan massa, antara orang kaya
dan orang miskin.
Sejumlah
ilmuwan sosiologi membedakan antara tiga lapisan atau lebih. Kita sudah sering
menjumpai perbedaan antara kelas antara kelas atas , kelas menengah dan kelas
bawah. Warner bahkan merinci tiga kelas ini menjadi enam kelas: kelas atas,
kelas bawah, menengah atas, menengah
bawah, bawah atas dan bawah bawah. Bernad barber memperkenalkan beberapa konsep
yang mempertajam konsep klasifikasi. Salah satu diantarnya ialah konsep rentang
( span ), yang mengacu pada perbedaan antar kelas teratas dengan kelas terbawah
( barber, 1957 ).
Konsep
terkait lainnya yang dilakukan barber ialah konsep bentuk ( shape ), yang
mengacu pada proporsi orang yang terletak di kelas sosial yang berlainan (
barber 1957 ), suatu stratifikasi dapat dibentuk segitiga. Ini berarti bahwa
semakin tinggi dalam stratifikasi semakin
sedikit jumlah posisi yang tersedia.
Stratifikasi
tidak selalu berbentuk segitiga atau pyramid, karena kita sering menjumpai
situasi yang di dalamnya sejumlah besar posisi rendah dan sejumlah kecil posisi
tinggi. Situasi kesenjangan besar ini sering dijumpai dalam masyarakat yang
sedan berkembang.
E. Dimensi
Stratifikasi
Di atas telah dibahas pengolongan anggota
masyarakat berdasarkan berbagai dimensi, ada dimensi usia, jenis kelamin,
agama, kelompok etnik, kelompok ras, pendidikan formal, pekerjaan, dan ekonomi.
Kita
telah melihat perubahan sosial secara mendasar dan menyeluruh yang melanda
masyarakat Eropa telah mewujudkan pembagian kerja semakin rinci dalam
masyarakat. Pembagian kerja tersebut telah membawa diferensiasi sosial yang
tidak hanya berarti peningkatan perbedaan status secara horizontal tetapi juga
secara vertikal. Dengan demikian tidaklah mengherankan mengapa diferensiasi
sosial , termasuk juga klasifikasi sosial, merupakan suatu pokok bahasan yang
sejak awal sosiologi telah menarik perhatian para perintisnya.
Max
weber termasuk di antara ilmuwan sosiologi yang tidak sepakat dengan penggunaan
dimensi ekonomi semata-mata untuk menentukan klasifikasi sosial. Oleh karena
itu ia mengemukakan bahwa di samping klasifikasi menurut dimensi menurut
ekonomi kita akan menjumpai pula klasifikasi menurut dimensi lain.
Dimensi
lain menurut weber digunakan orang untuk membeda-bdajan masyarakat ialah
dimensi kehormatan, menurut weber manusia dikelompokan dalam kelompok status (
status groups ), yang menurut nya laksana komunitas yang tak membentuk.
Selain
adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut weber kelompok status ditandai pula
oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal
maupun material. Kelompok status dibeda-bedakan atas dasar gaya hidup yang
tercermin dalam gaya konsumsi. Weber mengemukakan bahwa kelompok status
mengemukakan pendukung adat, yang menciptakan dan melestarikan semua adat
istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
F. Kelas
Sosial
Konsep
kelas merupakan suatu konsep yang sudah lama digunakan dalam ilmu sosial. Makna
yang diberikan pada konsep tersebut berbeda-beda, meskipun konsep tersebut
menduduki posisi sangat penting teori Marx, namun ia tidak pernah
mendefinisikannya secara tegas. Yang jelas ia mengaitkan dengan pemilihan alat
produksi. Kita pun telah melihat bahwa weber telah membatasi konsep tersebut
pada pemilikan alat produksi tetapi memberikan makna lebih luas, sehingga
selain mencakup penguasaan atas barang meliputi pula peluang untuk memperoleh
penghasilan. Menurut Giddens peluang
untuk memperoleh pekerjaan dan
penghasilan yang dimaksudkan weber tersebut ini tidak hanya berupa
penguasaan atas barang tetapi dapat pula berupa keterampilan dan kemampuan
antara lain tercermin dari ijazah ( Giddens, 1989;212 ).
Bagaimanakah
para ilmuwan sosial masa kini mendefinisikan konsep kelas. Peter berger yang
menganggap sistem kelas sebagai tipe stratifikasi terpenting dalam masyarakat
barat masa kini, mendefinisikan kelas sebagai tipe stratifikasi sebagai “ a
type of stratification in wich ones general position in society is basically
determined by economic criteria” ( berger, 1980;95 ).
Jeffries
pun mendasarkan pandangannya mengenai
kelas pada pandangan para tokoh klasik tersebut di atas. Ia mengatakan bahwa
kelas sosial merupakan “ social and economic groups constituted by a
coalescence of economic, occupational, and educational bonds “ ( Jeffries 1980
)
Webber
mendefinisikan kelas sebagai kelompok orang, hal serupa kita jumpai dalam
definisi di atas namun ahli sosial yang berpandangan bahwa kelas tidak hanya
menyangkut orang tertentu yang terlibat
langsung dalam kegiatan ekonomi, tetapi mencakup pula keluarga mereka. Bernard
barber misalnya mendefinisikan kelas sosial sebagai himpunan keluarga.
Keran
adanya keterkaitan status seorang anggota keluarga dengan status anggota yang
lain maka bilamana status kepal keluarga naik, status keluarga akan ikut naik,
begitu juga sebaliknya. Secara ideal sistem kelas merupakan suatu sistem
stratifikasi terbuka karena status di dalamnya dapat diraih melalui usaha
pribadi. Dalam kenyataan sering melihat bahwa sistem kelas mempunyai ciri
sistem tertutup, seperti misalnya endogami kelas, pergaulan dan pernikahan
lebih sering terjadi antara orang yang kelasnya sama daripada dengan orang dari
kelas lebih rendah atau lebih tinggi.
G. Penjelasan
bagi adanya Stratifikasi
Dalam
sosiologi dijumpai berbagai pandangan berbeda mengenai sebab musababnya ada
stratifikasi dalam masyarakat. Salah satu di antaranya ialah pandangan Kingsley
Davis dan Wilbert Moore, yang dikemukakan peda tahun 1945. Pandangan ini
dikenal sebagai penjelasan fungsionalis karena menekankan pada fungsi status
dalam masyarakat yang dinilai menunjang kesinambungan masyarakat.
Moore
dan Davis mengemukakan stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup
masyarakat. Dalam masyarakat terdapat status yang harus ditempati agar
masyarakat dapat berlangsung. Anggota masyarakat perlu diberi rangsangan agar
mau menempati status tersebut dan setelah menempati status. Bersedia
menjalankan peran sesuai dengan harapan masyarakat. Semakin penting status yang
perlu ditepati, dan semakin sedikit tersedia anggota masyarakat yang dapat
menempatinya, semakin besar pula imbalan yang diberikan masyarakat. Perbedaan
imbalan tersebut kemudian mengakibatkan stratifikasi dalam masyarakat.
Sejumlah
ahli sosiologi lain melihat bahwa stratifikasi timbul karena dalam masyarakat
berkembang pembagian kerja yang memungkinkan perbedaan kekayaan, kekuasaan dan
prestise.
H. Dampak
Stratifikasi
Adanya
perbedaan prestise dalam masyarakat tercermin peda perbedaan gaya hidup.
Salah
satu perbedaan perilaku kelas dijumpai dalam busana yang dipakai warga
masyarakat kita di perkotaan. Dalam berbusana baik laki-laki maupun perempuan
dari kelas sosial berbeda mempunyai kerangka acuan yang berbeda pula. Dalam
kaitan dengan perbedaan antara kelas ini para ahli sosial sering berbicara
dengan simbol ( status simbol ) yaitu simbol yang menandakan status
seseorang dalam masyarakat. Dari pandangan berger bahwa orang senantiasa
memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah diraihnya, dengan demikian
simbol kita dapat menyimpulkan bahwa simbol status berfungsi untuk memberi tahu
status yang dimiliki seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari kita senantiasa
menjumpai simbol status demikian . salah satu di antaranya adalah cara menyapa.
Perbedaan
status tidak hanya tercermin dari cara menyapa, cara berbahasa dan cara
bergaya. Dalam interaksi antara orang yang statusnya berbeda, perbedaan status
ini dapat dilihat pula dari pola komunikasi non verbal dan verbal yang terjadi,
seperti kebiasaan melipat kedua tangan didepak badan , menundukkan badan atau
menundukan kepala oleh seseorang dikala berinteraksi dengan orang berstatus
lebih tinggi, atau dibenarkanya orang berstatus lebih tinggi menatap mata dan
menunjukan jarinya kepada orang berstatus lebih rendah.
Penyebutan
gelar, pangkat atau jabatan pun menjadi petunjuk mengenai status seseorang
dalam masyarakat.
Dari berbagai contoh tersebut di atas kita melihat
bahwa kaitan tersebut, selain mempunyai satu fungsi yaitu makan dan berpakaian
untuk memenuhi keperluan pokok, bermukim untuk melindungi diri terhadap alam ,
berbahasa untuk keperluan komunikasi, berkendaraan untuk mencapai tempat tujuan
dengan cepat, berekreasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan fisik dan
mental pun mempunyai fungsi lain, yaitu menunjukkan seseorang dalam masyarakat.
I. Makna
stratifikasi bagi peluang hidup dan perilaku
Kedudukan
dalam suatu kelas sosial tertentu mempunyai arti penting bagi seseorang. Kita
telah melihat bahwa webber mengaitkan kedudukan dalam suatu kelas dengan
peluang untuk hidup. Kekayaan dan pemilikan yang dimiliki seseorang dan
keluarganya memang mempunyai pengaruh besar terhadap peluang hidup, terdapat
nasibnya. Seorang warga masyarakat kita yang berpenghasilan tinggi secara
finansial maupun menjalani pemeriksaan dan perawatan medis di luar negeri,
misalnya Taiwan, Tokyo, atau Singapura dan menarik manfaat dari perkembangan
terakhir di dunia medis sehingga dapat memperpanjang harapan hidupnya,
seseorang yang termasuk golongan berpenghasilan terendah banyak yang mendadak
meninggal dunia tanpa diketahui sebab sebenarnya, Karena tidak mengenal manfaat
upaya medis modern dan andai kata atau pun, tidak akan mampu membiayai
perawatan medis yang paling sederhana.
Kedudukan
dalam startifikasi sosial membawa dampak pada harapan hidup. Dari data
kependudukan kota Chicago dalam periode 1920-1940 mayer dan hauser antara lain
menyimpulkan bahwa harapan hidup bayi pada waktu lahir di kalangan kelas
ekonomi teratas cenderung lebih tinggi daripada di kalangan ekonomi terbawah.
Kita
dapat misalnya mengamati perbedaan dalam pola asuh keluarga lapisan menengah
dan lapisan bawah dikawasan perkotaan kita. Anak-anak dari lapisan bawah banyak
yang terpaksa putus sekolah dan kemudian bekerja karena orang tua mereka tidak
mampu lagi menyekolahkan mereka, dan sewaktu masih dapat sekolah anak-anak
tersebut banyak yang harus mencari uang untuk membantu ekonomi rumah tangga
dengan jalan menjadi pedagang asongan, tukang semir, penjual surat kabar atau
yang lain sebagainya. Anak-anak dari lapisan menegah dan atas di pihak lain,
banyak yang dapat dengan leluasa melanjutkan pendidikan sampai jenjang
tertinggi dan selama mengikuti pendidikan formal memperoleh berbagai kemudahan
dari orang tua mereka, seperti jemputan atau kendaraan pribadi dengan sopir,
atau kendaraan dengan mengemudi sendiri, atau berbagai fasilitas yang menunjang
proses belajar, seperti ruang belajar yang nyaman,buku, majalah dan berbagai
kelengkapan elektronik, rumah sewa atau rumah pribadi lengkap dengan pembantu
rumah tangga di kawasan permukiman elite, bilamana anak-anak tersebut
bersekolah atau kuliah di kota atau bahkan Negara lain.
0 komentar:
Posting Komentar